REVIEW
REVIEW “GOODBYE, THINGS”
by FUMIO SASAKI
Awal
bulan lalu, saya membeli buku baru yaitu “Goodbye, Things” karya Fumio Sasaki
asal Jepang. Ini adalah buku yang wajib dibaca bagi siapa pun dan merupakan salah
satu buku favorit saya untuk tahun ini . Buku ini saya beli di Gramedia Medan dengan
harga cukup murah yaitu Rp. 89.000. untuk luar Pulau Jawa. Dan sangat worth it.
Tujuan
dari penulisan buku ini menurut saya adalah bagaimana supaya kita menggunakan
barang-barang yang hanya kita perlukan atau butuhkan dan meraih kebahagiaan
walaupun hanya mempunyai sedikit barang. Dengan kata lain, kita menjadi lebih
bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. Dan di dalam buku ini juga
diceritakan saat Fumio Sasaki masih menjadi seorang maximalis dimana dia
menyimpan banyak barang di apartemennya dan perlahan-lahan merubah mindset
untuk membuang barang-barang yang menurutnya tidak dia butuhkan. Dia juga mengajarkan
supaya kita berhenti menjadi orang yang konsumtif. Kemudian, di dalam buku ini
juga terdapat beberapa kiat untuk berpisah dengan barang, terutama bagi kalian
yang susah untuk membuang suatu barang, saat kalian membaca buku ini maka
kalian akan dapat mengikhlaskan barang itu pergi walaupun barang itu mempunyai
memori yang sangat mendalam.
Apa
itu minimalisme? Menurut Sasaki di dalam bukunya, minimalisme adalah gaya hidup
yang berarti kita mengurangi jumlah barang yang kita miliki sampai pada tingkat
paling minimum.
“Setiap
benda yang kita miliki adalah benda yang pernah, pada suatu saat, benar-benar
kita dambakan. Namun, sebesar apapun keinginan kita untuk memilikinya, benda
itu kemudian tak lagi istimewa dan minat kita terhadapnya hilang” (Sasaki : 39).
Dan itulah mengapa orang selalu membeli barang-barang baru. Logika dari buku
ini adalah semakin banyak barang yang kita miliki, semakin besar pula energi yang
perlu kita keluarkan untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.
Adapun
manfaat dari hidup minimalis adalah memudahkan kita untuk membersihkannya
sehingga kita tidak mudah stress dan malah membuat kita lebih fokus dan
produktif dan tentunya lebih bahagia. Toh,
kita hidup di dunia ini tidak membawa apa-apa dan meninggalkan dunia ini juga
tidak membawa apa-apa. Mengapa harus menjadi maximalis kalau kita bisa menjadi
minimalis?
Komentar
Posting Komentar