SEBUAH PERJALANAN MENUJU KEDEWASAAN (3)
"Semakin hari, kita semakin tidak mengerti satu sama lain. Bukan karena kita benar-benar tak mengerti, melainkan karena kau (aku) memilih untuk sulit dimengerti. Semakin hari, aku semakin takut dengan realitas bahwa kita memang akan berakhir sedih. Dan aku benci itu."
"Mencintai sesuatu bukan berarti tidak pernah jenuh. Mencintai sesuatu berarti bisa menerima konsekuensi kejenuhan, kemudian lanjut menjalani."
"Aku sudah bersiap untuk kehilanganmu, sebagaimana kau sudah bersiap untuk melepaskanku."
"Aku sudah belajar, bahwa apa yang sudah kuperbuat, tidak bisa ditarik kembali. Dan kata maaf, tidak selalu menyembuhkan. " (Me)
"Emosi hanya akan membuat seseorang menjadi bodoh. Marah tidak marah, masa lalu tidak bisa diubah. Dan angkara tidak memperbaiki apapun."
"Kau terbangun di atas tempat tidurmu. Merasa kosong sekaligus penuh, hampa sekaligus penat. Di duniamu, warna-warni pelangi telah pudar. Hari yang sama, penyesalan yang sama. Bagimu, waktu sudah lama berhenti. Begitu banyak yang ingin kau salahkan, entah aku, entah dia, entah nasib, entah dirimu sendiri."
"Bukankah semua pertemuan akan menemui perpisahannya masing-masing? "
"Menangis tidak membuktikan kau lemah, itu mengindikasikan kau hidup. Apa yang kau lakukan setelah menangislah penentu lemah atau tidaknya dirimu."
"Ada beberapa hal yang memang harus selesai, rela tidak rela. Aku akan baik-baik saja. Kau akan baik-baik saja...percayalah."
"Kita pernah menyenangkan, pernah punya impian bersama, pernah punya cerita. Apa yang pernah kita punya sangat berharga, dan tidak ada yang bisa mengubah itu. Maaf kalau akhirnya tidak seperti yang kau kira. Permasalahkan aku ketika rasa itu hilang, silahkan. Tapi, aku tidak bisa memaksa diriku untuk berjalan di sebelahmu lagi."
"Kita indah, teramat sangat. Aku mengenangmu sebaik-baiknya. Semoga kelak kau temukan tempat untuk hatimu berlabuh, dan tak mengkhianatinya "
"Tidak ada yang abadi, baik bahagia maupun luka. Suatu saat kita akan tiba di titik menertawakan rasa yang dulu sakit atau menangisi rasa yang dulu indah"
"Kau terbangun di atas tempat tidurmu. Merasa kosong sekaligus penuh, hampa sekaligus penat. Di duniamu, warna-warni pelangi telah pudar. Hari yang sama, penyesalan yang sama. Bagimu, waktu sudah lama berhenti. Begitu banyak yang ingin kau salahkan, entah aku, entah dia, entah nasib, entah dirimu sendiri."
"Bukankah semua pertemuan akan menemui perpisahannya masing-masing? "
"Menangis tidak membuktikan kau lemah, itu mengindikasikan kau hidup. Apa yang kau lakukan setelah menangislah penentu lemah atau tidaknya dirimu."
"Ada beberapa hal yang memang harus selesai, rela tidak rela. Aku akan baik-baik saja. Kau akan baik-baik saja...percayalah."
"Kita pernah menyenangkan, pernah punya impian bersama, pernah punya cerita. Apa yang pernah kita punya sangat berharga, dan tidak ada yang bisa mengubah itu. Maaf kalau akhirnya tidak seperti yang kau kira. Permasalahkan aku ketika rasa itu hilang, silahkan. Tapi, aku tidak bisa memaksa diriku untuk berjalan di sebelahmu lagi."
"Kita indah, teramat sangat. Aku mengenangmu sebaik-baiknya. Semoga kelak kau temukan tempat untuk hatimu berlabuh, dan tak mengkhianatinya "
"Tidak ada yang abadi, baik bahagia maupun luka. Suatu saat kita akan tiba di titik menertawakan rasa yang dulu sakit atau menangisi rasa yang dulu indah"
Komentar
Posting Komentar